Selasa, 23 September 2008

PENTAS TEATER DINASTI




INFO TEATER JOGJA!!
TEMAN-TEMAN
POKOKNYA RUGI KALAU GAK NONTON TEATER INI
SAYA KEBAGIAN NONTON TEATER DINASTI
DENGAN JUDUL "MAS DUKUN"
KIRA -KIRA 1987/1988
wooi keren tenan dab!!

RUGI KLU GAK NONTON.............................................
(SAYA HARUS KOSONGKAN HARI ITU TUK NONTON)

23 AGUSTUS 2008
CONCERT HALL TAMAN BUDAYA YOGYAKARTA

pukul : 20.00wib


PRESS RELEASE KOLABORASI TEATER DINASTI-KIAI KANJENG

Novia Kolopaking Dukung ‘Tikungan Iblis’


AKTRIS dan penyanyi Novia Kolopaking –antara lain populer lewat sinetron Siti Nurbaya dan Keluarga Cemara—mendukung pementasan lakon Tikungan Iblis karya Emha Ainun Nadjib yang siap Teater Dinasti-Kiai Kanjeng di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, Sabtu 23/8/2008 pukul 20.00 WIB. Pementasan yang merupakan hasil kerjasama Progress dengan Taman Budaya Yogyakarta ini juga didukung aktor-aktor Yogya seperti Joko Kamto, Novi Budianto, Jemek Supardi, Seteng, Fadjar Suharno, Tertib Suratmo, Untung Basuki, Eko Winardi, Cithut DH, Agung Gareng dan belasan pemain muda lainnya. Penyutradaraan ditangani Jujuk Prabowo dan Fadjar Suharno. Tata pentas dan multi media digarap Pang Warman. Tata musik diolah Bobiet Santosa dan Gamelan Kiai Kanjeng Group. Sedangkan Fauzie Ridjal, Indra Tranggono, Toto Rahardjo dan Halim HD bertindak sebagai kontributor gagasan. Bertanggungjawab sebagai pimpinan produksi adalah Muzaki dan Eko Nuryono.

Bagi Novia, bermain teater bukal hal baru. “Dulu sewaktu masih SMA saya sering mengikuti festival teater di Jakarta,” ujar aktris yang kini sedang terlibat dalam sebuah sinetron religius yang akan ditayangkan pada bulan Ramadhan mendatang. Novia sangat menyukai teater karena bisa menjadi dasar seni peran di film maupun di tivi, selain juga mampu menjadi media pengolahan kepribadian dan sosialisasi diri. Ia pun merasa bahagia berinteraksi dengan Keluarga Besar Teater Dinasti dan Kiai Kanjeng. “Mereka itu sangat kreatif, ide-idenya nakal, spontan dan kadang tak terduga. Saya percaya, teater bisa memperkaya cara pandang manusia tentang kehidupan,” tutur Novia.

Keterlibatan Mbak Novia akan memberikan suasana baru dalam pementasan ini. Dengan kualitas vocalnya, beliau akan bernyanyi tentang burung Garuda yang kesepian. Selain itu, beliau juga berperan sebagai Siti Majenuna, ‘tokoh kiriman’ Iblis yang menyuarakan banyak soal tentang nilai-nilai filosofis,” ujar Fadjar Suharno, pimpinan Teater Dinasti.

Sementara itu, budayawan Emha Ainun Nadjib mengatakan, “Tikungan Iblis” lebih dimaksudkan sebagai pentas kebahagiaan Keluarga Besar Dinasti dan Kiai Kanjeng; selain mencoba menyodorkan berbagai paradigma yang berbeda tentang sosok Iblis dan ide-ide pemanggungan.

Di tengah tarikan berbagai kepentingan, manusia kini makin sulit menemukan kebahagiaan karena manusia telah tereduksi menjadi fungsi-fungsi yang kadang kurang manusiawi. Teater bisa menjadi media untuk merebut kebahagiaan itu, selain untuk pengembangan potensi,” ujar Emha.

Ditambahkan Emha, ketika para politisi dan aktor-aktor kekuasaan sibuk berlomba meraih kekuasaan lewat pemilu 2009, Dinasti dan Kiai Kanjeng justru mengajak masyarakat untuk belajar memahami berbagai persoalan sosial, budaya dan religiusitas.

Konsep Garapan

Penggarapan repertoar Tikungan Iblis berangkat dari teks puisi panjang karya Emha yang ditafsir dan diterjemahkan dalam bahasa pemanggungan baik secara teaterikal, musikal maupun auditif-visual. Secara teatrikal, repertoar ini mengeksplorasi berbagai unsur teater seperti keaktoran, pengadegan, alur, suasana dan struktur dramatik serta spektakel. Secara musikal, repertoar ini mengeksplorasi kemungkinan nada, suara, irama dan bunyi yang dilahirkan dari berbagai instrumen seperti Gamelan Kiai Kanjeng, rebana, bedug, perkusi, biola, keyboard dan lainnya. Secara visual, repertoar ini mengeksplorasi berbagai citraan yang dihasilkan dari animasi, film, dan video. Intinya, repertoar ini mencoba merengkuh dan mengawinkan multi-media.

Tema Lakon

Tikungan Iblis, mengisahkan perjalanan eksistensial manusia dari awal penciptaan Adam hingga masa di mana manusia telah berkembang biak dan membangun peradaban. Iblis –yang sejak awal manusia diciptakan sudah tidak percaya bahwa manusia mampu menjadi khalifah di bumi—akhirnya membuktikan ketidakpercayaannya itu: hidup manusia hanya berkisar dari tiga kata kunci yaitu rakus, merusak bumi dan saling berbunuh-bunuhan. Ummat manusia ternyata tak lebih menjadi sekadar ‘tapel’ –sebuah terminologi elementer manusia yang artinya sekadar wadag/jasad. Tapel bergerak dan beraktualisasi diri lebih didasari insting daripada hati nurani dan akal sehat. Mereka “selalu gagal” untuk menjadi semacam insan kamil, karena ketidakmampuannya memilih hal-hal yang bernilai dalam kehidupan.

Kekurangmampuan untuk meningkat dari kondisinya sebagai mahluk tapel itu juga yang membuat sebuah bangsa selalu mengalami kemersotan martabat. Padahal, bangsa itu semua adalah memiliki gen unggul sebagai “Burung Garuda” sejati yang memiliki kemampuan untuk terbang, menerkam, dan berjuang. Namun, karena Garuda itu kemudian dikurung oleh kekuatan yang menindas, maka burung itu tidak lagi memiliki kemampuan dasarnya. Yang menyedihkan adalah anak-anak, cucu dan cicit Garuda itu. Mereka bukan hanya tidak bisa terbang atau menerkam tapi memang tidak lagi memiliki memori untuk terbang dan menerkam. Mereka hanya bisa nothol (mematuk makanan) dan tidur. Mereka akhirnya benar-benar menjadi Garuda kelas tapel. Bukan lagi Garuda sejati.***


TIM KREATIF >> Penulis Naskah : Emha Ainun Nadjib Koordinator Penyutradaraan : Novi Budianto Parampara/supervisor/kontributor gagasan: Emha Ainun Nadjib, Fajar Suharno, Indra Tranggono, Simon Hate, Toto Rahardjo, Fauzie Ridjal. Penata Musik: Bobiet Santoso Penata Artistik: Jujuk Prabowo Penata Multimedia: Ipung Way Ming, Toto Rahardjo Para Pemeran: Tertib Suratmo (eks Bengkel Teater Rendra), Fadjar Suharno, Bambang Susiawan, Joko Kamto, Novi Budianto, Seteng, Untung Basuki, Cithut Puspawilaga, Eko Winardi, Jemek Supardi, Toro, Islamiyanto Para Pemusik: Joko, Jijit, Godor Widodo, Yoyok, Bayu, Sugiyanto, Hari Murti, Joko Kusnun, Mas Is, Bobiet, Novi


Tim Produksi >> Pimpinan Produksi : Ahmad Syakurun Muzakki Manajer Produksi: Eko Nuryono Bendahara : Muh Zaenuri Seksi Publikasi : Helmi Mustofa, M. Sholahuddin Seksi Transportasi : Agus Santoso Seksi Perlengkapan : Godor Widodo Seksi Keamanan : Rahmat Mulyono Seksi Latihan : Jujuk Prabowo




Tidak ada komentar: